![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfB6n2e5zsMtQaQ8VE4_5OFGrcWSzkYsnpZI6JzrYq2xtrXu32VhzUtFrMgDNztMusFEYgf6ylQZkD5_SdGR83NfIdK0aYY4bsODCQ4gd0Evtrku13s1dgcg0oxaozd7Vm0XJZnMDSOt4p/s200/foto1.jpg)
Sebelum berangkat ke makam itu kawan, sejumlah warga yang awalnya menduduki kantor desanya tersebut, berkumpul setelah bunyi kentongan desanya, mulai disuarakan. Tidak beberapa lama kemudian, sejumlah warga itu, langsung mengarah ke pemakaman, yang ada tidak jauh dari pemukiman warga sekitar.
Di area pemakaman orang yang diyakini sebagai pembabat alas Desa Tutul tersebut, sejumlah warga itu lantas memanjatkan doa agar permasalahan kecurangan pelaksanaan Pilkades yang melanda desanya saat itu, agar bisa terselesaikan dengan adil.
Bahkan kawan, selain mereka memanjatkan berbagai doa, sempat juga terdengar bacaan tahlil, yang mereka kususkan ke pada almarhum pemilik raga yang telah terkubur itu.
Dalam isi doanya, yang dipanjatkan Ahmad Afandi, di pusaran makam itu kawan, dia meminta barokah kepada sang pembabat desanya itu.“Semoga kebenaran cepat terkuak. Dan yang menyembunyikan kebenaran agar mendapat azab,” kata Afandi dalam doa itu.
Kawan, ritual itu mereka lakukan, karena pemimpin ditingkat kecamatan hingga pemkab, sudah tidak mempedulikan aspirasi masyarakat, yang sudah sejak 28 hari ini, menunggu kepastian dari pemimpinnya itu. Bahkan kata sejumlah warga itu, seolah semakin tidak ada kejelasan mengenai permasalahan pilkades didesanya itu.
Namun meski demikian kawan, Nawawi salah seorang warga akan terus berjuang, hingga tuntutannya dicapai. “Sudah 28 hari ini kami mencari dan menyuarakan keadilan. Namun masih juga tidak ada tanggapan serius, dari pihak pemkab,”ujarnya. Begitu kawan, cerita tentang polemik Pilkades Tutul hari ini. (Ruv)
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !