Cerita dari Jember- Kawan, kedua mantan siswa SMKN 5 Jember, mendatangi
sekolahnya untuk meminta ijazahnya, yang diduganya telah ditahan pihak
sekolah. Didampingi wakil ketua komisi 2 DPR-RI, kedua siswa itu ditemui
langsung kepala sekolahnya.
Sudah dua tahun, ijazah Geofani dan Puput Hariyanto, ditahan SMKN 5 Jember. Sebab katanya, keduanya harus melunasi biaya sekolahnya, yang belum dilunasinya sekitar Rp 4 juta. Keduanya mengaku, sebelumnya pernah berupaya mengambil ijazahnya itu, namun pihak sekolah mempersulit. "Saya sudah mengurusnya mas, tapi selalu dipersulit," ungkap Puput kawan.
Namun kawan, kepala sekolah SMKN 5 Jember, Rinoto menolak jika disebut talah menahan ijazah kedua muridnya itu. Dihadapan wakil ketua komisi 2 itu, Rinoto berujar jika, hanya ada kesalah pahaman saja mengenai permasalahn itu. "Kami tidak pernah menahan ijazah itu. Hanya saja, keduanya belum berkomunikasi dengan kami," ujarnya.
Bahkan kawan, kepala sekolah itu mempersilahkan keduanya segera mengambil ijazahnya, namun harus didampingi orang tuanya. "Kalau mau ambil silahkan saja, tapi harus diantar orang tuanya. Masalah biaya gampang lah, kalau punya rezeki, boleh nyicil," tambahnya.
Sementara itu, Arif Wibowo yang mendampingi keduanya, mangaku kecewa jika sekolah melakukan komerialisasi pendidikan. Sebab katanya, sekolah sebagai media mencerdaskan anak bangsa.
"Prinsipnya, sekolah tidak boleh mengkomersilkan pendidikan, apalagi berani menahan ijazah, hanya. Karena siswanya belum melunasi biaya pendidikannya tersebut," ujar Arief. Begitu kawan, cerita tentang penahanan ijazah kedua siswa itu. (Ruv)
Reporter : Ruvi Bela Negara
Sudah dua tahun, ijazah Geofani dan Puput Hariyanto, ditahan SMKN 5 Jember. Sebab katanya, keduanya harus melunasi biaya sekolahnya, yang belum dilunasinya sekitar Rp 4 juta. Keduanya mengaku, sebelumnya pernah berupaya mengambil ijazahnya itu, namun pihak sekolah mempersulit. "Saya sudah mengurusnya mas, tapi selalu dipersulit," ungkap Puput kawan.
Namun kawan, kepala sekolah SMKN 5 Jember, Rinoto menolak jika disebut talah menahan ijazah kedua muridnya itu. Dihadapan wakil ketua komisi 2 itu, Rinoto berujar jika, hanya ada kesalah pahaman saja mengenai permasalahn itu. "Kami tidak pernah menahan ijazah itu. Hanya saja, keduanya belum berkomunikasi dengan kami," ujarnya.
Bahkan kawan, kepala sekolah itu mempersilahkan keduanya segera mengambil ijazahnya, namun harus didampingi orang tuanya. "Kalau mau ambil silahkan saja, tapi harus diantar orang tuanya. Masalah biaya gampang lah, kalau punya rezeki, boleh nyicil," tambahnya.
Sementara itu, Arif Wibowo yang mendampingi keduanya, mangaku kecewa jika sekolah melakukan komerialisasi pendidikan. Sebab katanya, sekolah sebagai media mencerdaskan anak bangsa.
"Prinsipnya, sekolah tidak boleh mengkomersilkan pendidikan, apalagi berani menahan ijazah, hanya. Karena siswanya belum melunasi biaya pendidikannya tersebut," ujar Arief. Begitu kawan, cerita tentang penahanan ijazah kedua siswa itu. (Ruv)
Reporter : Ruvi Bela Negara
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !